Berikut ini adalah metode penelitian mengenai Proses Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Sawit berdasarkan penelitian yang dilakukan Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006.
Bahan bakar diesel, selain berasal dari
petrokimia juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang berasal dari
minyak nabati. Bahan bakar dari minyak nabati (biodiesel) dikenal
sebagai produk yang ramah lingkungan, tidak mencemari udara, mudah
terbiodegradasi, dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui.
Pada umumnya biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai
karbon antara C6-C22. Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak
nabati yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga
mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Pembuatan biodiesel melalui
proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan dengan pencucian,
pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari CPO maka
sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.
Transesterifikasi
Proses transesterifikasi meliputi dua
tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida
(KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I
berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65°C. Bahan yang pertama kali
dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang selanjutnya
dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi
dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses
pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran
metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai
dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester
dengan konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama
waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang
terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar
daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar
tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan
transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi
II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol
terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek
daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit
dan akan larut melalui proses pencucian.
Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada
transesterifikasi II bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak
diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada
suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran
menjadi normal (pH 6,8-7,2).
Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk
menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester. Pengeringan
dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan
cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara
sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan
pada alat pengering.
Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah
filtrasi. Filtrasi bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel
pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti
karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa
atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau
lebih kecil dari 10 mikron.
Referensi : Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2006. Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. p 3.