TRIBUNKATIM.CO - Banyak pengalaman yang menarik saat rombongan wartawan, termasuk Tribun Kaltim, mengikuti agro wisata ke kebun sawit milik PT Astra Agro Lestari. Pengalaman berharga itu adalah melihat secara langsung, proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO).
Selama ini, tidak sedikit wartawan yang membuat artikel atau berita
yang berkaitan dengan perusahaan perkebunan sawit. Sudah umum,
pperusahaan sawit memproduksi CPO, tapi tidak banyak yang tahu, jika
proses produksi CPO begitu rumit.
PT Sumber Kharisma Persada (SKP) salah satu perusahaan perkebunan sawit milik Astra Agro Lestari yang beroperasi di Kutai Timur, adalah perkebunan sawit yang memiliki pabrik pembuatan CPO.
Sawit yang baru dipanen, langsung diangkut menggunakan truk ke pabrik
CPO. Di sana, ribuan tandan sawit ditumpahkan ke atas conveyor.
Conveyor bergerak membawa ribuan tandan sawit ke dalam boiler.
Boiler adalah alat untuk memasak tandan sawit dengan menggunakan air
panas. Selain untuk mempermudah mesin memisahkan tandan dengan cangkang
sawit, proses pemanasan ini juga berguna untuk mematikan enzim yang
terdapat dalam setiap butir kelapa sawit.
"Enzim ini yang menciptakan asam dalam kandungan CPO, karena itu
harus dimatikan dengan dimasak dalam air panas," kata Syahutra Lubis,
Asisten Proses PT Sumber Kharisma Persada (SKP).
Setelah direbus, tandan sawit digiling dengan mesin yang memiliki
bilah-bilah besi menyerupai mata bor dengan diameter sekitar 15
centimeter. Ini hanyalah proses awal sebelum memproduksi CPO. Setelah
cangkang dan tandan sawit terpisah, proses dilanjutkan secara otomatis.
Mesin-mesin yang membuat lantai bergetar terus berputar, menarik
conveyer yang berisi tandan sawit, sementara conveyor lainnya membawa
cangkang sawit ke lantai dua, masuk dalam mesin digester. Di dalam mesin
yang berbetuk seperti kerucut itu memeras kandungan minyak yang ada
dalam setiap cangkang sawit, hasil perasan itu lah yang menjadi CPO.
Tapi proses tidak berhenti sampai di situ. "Setelah cangkang sawit
diperas minyaknya, proses dilanjutkan dengan memisahkan serabut cangkang
dengan biji kelapa sawit," jelasnya. Serabut sawit itu kemudian
digiling menjadi serat-serat tipis, tapi lebih kasar dari kapas.
Serat-serat itulah yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tenaga uap ini yang menggerakkan mesin-mesin
produksi, sisanya dimanfaatkan untuk mengaliri listrik di sekitar
pemukiman karyawan.
Sementara tandan sawit yang tadi dipisahkan dari buah sawit, ditarik
oleh konveyor menuju stok pile. Di sana, tandan sawit dirubah menjadi
kompos. Selain menghasilkan limbah padat, proses pembuatan CPO ini juga
menghasilkan limbah cair.
Limbah cair ini mengandung bakteri pengurai dan dimanfaatkan untuk
menyirami tandan sawit agar proses dekomposi lebih cepat. Hasilnya,
kompos-kompos tadi dimanfaatkan sebagai pupuk untuk menyuburkan ribuan
hektar kebun sawit.
Hebatnya lagi, tidak ada yang tersisa dari proses pembuatan CPO ini,
biji sawit yang menyerupai kacang kemiri itu ternyata bisa dimanfaatkan
sebagai bahan dasar membuat kosmetik dan farmasi.